Silahkan lihat disini, ya ?

bisnis invest hemat dan murah

ANda Cukup GAbung, Biar nanti sistem yang bekerja untuk anda, oke klik disini

peluang usaha

Rabu, 30 November 2011

"Kebun Koruptor"


Waw,  kayak gerangan “kebon korupsi” tersebut ya ?  kedengarannya asik bin heboh juga, apalagi kalau benar tempatnya berdampingan dengan kebun binatang, kita nanti bisa mengadakan study wisata. Jadi, wisata ke kebun binatang itu bisa sekalian menyaksikan komunitas specis baru produk “era keblinger”, tentu ini bisa dibilang ide unik sekaligus revolusioner, unik karena ini baru pertama kali, lain daripada yang lain, revolusioner, karena bertentangan dengan rumusan teori hukum atau mungkin ingin menjungkirbalikan paradigma hukum, dan yang pasti adalah dampaknya diprediksi sangat luar biasa, tragis !!.  Karena disamping bakal jadi tontonan massal, juga tentu akan mencatat Indonesia sebagai satu-satunya Negara di dunia yang mempunyai kebun langka, so bakal dicatat dalam gueness of record. .......he....he......!
Kenapa sih harus “kebon koruptor” ? bukan penjara khusus koruptor, misalnya ? sepertinya ada upaya menarik keluar bahasa “korupsi”dari rumusan formal, mungkin, korupsi sudah diidentikan sebagai sebuah kejahatan yang tidak lagi bisa dirumuskan dalam bahasa hukum, “out of law definition”, dalam artian bahwa effek jera yang diharapkan dengan penjatuhan hukum maksimal, tidak membawa dampak pada prilaku koruptor yang lainnya. Apalagi, banyak Hakim Tipikor sendiri, yang spesialis menangani masalah korupsi di daerah, justeru banyak yang bermasalah, bahkan ada kesan Pengadilan Tipikor lebih disukai oleh para koruptor, mereka lebih senang berhadapan dengan Hakim Tipikor, dengan peluang bebas atau hukuman yang ringan lebih besar,  seperti yang banyak kita saksikan.
Jadi apa sih yang mendorong seorang mahfud MD melontarkan gagasan seperti itu ? mungkin, bisa jadi didorong oleh sikap keputusasaan (skeptis) karena selama ini berbagai macam teori pemberantasan korupsi tak satupun yang effektif, nihil. Karena itu, gagasan yang dilontarkannya dalam kapasitasnya sebagai Ketua MK (Mahkamah Konstitusi), sebagai sebuah Lembaga pengawal Konstitusi, perlu di cermati sebagai cermin rasa tanggungjawabnya yang tinggi, berbeda dengan usul sebelumnya untuk menghapuskan Pengadilan Tipikor, yang menuai banyak kritik, yang ini kayaknya belum disikapi secara serius, mungkin kita masih terbelunggu pada format pemahaman yang baku, bahwa tindakan seperti itu dianggapnya tidak manusiawi, padahal apakah mengembat uang rakyat juga bisa disebut tindakan manusiawi ? tentu nonsen.......!
Hanya saja, biar klop, lengkap dan tak kalah serunya, perlu juga ditambah dengan kebun bagi para penegak hukum yang melanggar hukum,   tapi namanya apa ya ?
 Majalengka, akhir nopember 2011











Senin, 28 November 2011

"Situ Sangiang"


Seperempat abad yang lalu, tepatnya tanggal 24 Desember 1980, Sangiang menjadi perbincangan Nasional, berjuta mata dan perhatian tertumpah menyimak berita duka ketika hampir 200-an jiwa mati tersapu banjir bandang, akibat longsornya Gunung Gerhalang, Ketika semuanya telah berubah akibat relokasi penduduk menyusul bencana tersebut. Situ Sangiang masih tetap seperti dulu, mempesona.
Situ Sangiang adalah salah satu dari ketujuh Situ yang terkenal sebagai tujuan wisata di Kabupaten Majalengka, masuk ke dalam wilayah Kecamatan Banjaran, Dengan luas sekitar 18 ha, belum termasuk hutannya yang mencapai sekitar 127 ha lebih, dibutuhkan waktu kurang lebih dua jam-an, untuk mengelilingi situ ini dengan menyusuri jalan setapak
Untuk mencapai lokasi pengunjung dapat mengakses setidak tidaknya melalui 4 titik yang berbeda, tapi direkomendasikan untuk mengambil jalan Wates – Hegar manah – Garasiang – Sangiang dengan jarak tempuh sekitar 6 km atau sekitar 27 km dari Pusat Kota Majalengka.
Secara umum jalur ini bagus, bisa dilalui kendraan roda empat, kecuali Bus walau dalam beberapa ruas jalan, dibutuhkan perhatian ekstra hati – hati karena kondisinya sangat berbahaya seperti di tikungan Ds Garasiang.
Cerita Sekitar Situ Sanghiang
Hampir 80% pengunjung Situ Sangiang adalah penziarah, dengan retribusi masuk Rp.2.000 (Dua Ribu Rupiah) sementara untuk berwisata Rp.3.000/orang. Perbedaan perlakuan ini karena “ orang berziarah kan biasanya orang susah” ujar Guru Engkos, ketua Kompepar  memberikan alasan. 
Situ Sangiang, adalah legenda, Situ yang diyakini sebagai tempat hilangnya atau tilemnya Sunan Talaga manggung dan Keratonnya ketika dihianati menantunya Patih Palembang Gunung kira – kira abad ke 15. Keberadaan ikan lele yang sekarang sudah mulai langka, menurut kepercayaan adalah merupakan jelmaan para prajurit dan pengawal kerajaan. Keberadaan ikan tanpa daging yang hidup beberapa tahun kebelakang masih sering kita dengar, sebagai sebuah keajaiban, namun sayang sejak dibangunnya tembok berundak oleh Pihak Perhutani, banyak lele yang mati, entah apa penyebabnya
beberapa kejadian di sekitar Situ sering dijadikan “tetendon” atau siloka yang bakal terjadi, baik yang mempunyai dampak scope lokal ataupun nasional, misalnya tentang ketinggian air. Debit air di Situ Sangiang suka dijadikan “tanda” datangnya dua musim yang berbeda, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, biasanya menjelang musim kemarau tiba, ketinggian air akan bertambah bahkan sampai masuk menjangkau bangunan tembok, anjungan yang berada di tepi Situ, sementara pada musim penghujan tiba, volume air justeru berkurang alias surut.  walau secara ilmiah belum  dibuktikan kebenarannya. Begitupun “rumput ilat” yang menutup hampir sebahagian Situ, dan sering dijadikan tanda terjadinya sebuah peristiwa.
Keberadaan Situ Sangiang sebagai salah satu asset tujuan wisata di Kabupaten Majalengka belum sepenuhnya dikelola secara optimal, bahkan terkesaan apa adanya, keberadaan sarana seperti shelter, jalan lintas indah yang dibangun Perum Perhutani dibiarkan tak terawat, termasuk rumput di sekitar “rest area” terkesan tumbuh liar. Sejak TNGC ( Taman Nasinal Gunung Ciremai) mengambil alih pengelolaan dari Perum Perhutani pada tahun 2005, Situ Sangiang belum mampu bersolek secara maksimal.              (De Ukas)




 

Kucing


Kucing termasuk hewan piaraan yang jinak, ada dua jenis kucing yang suka dipelihara `manusia, kucing pribumi atau lokal dan kucing luar alias import. Yang masing –masing dipelihara dengan alasan yang berbeda - beda, kucing lokal banyak dipelihara oleh umumnya masyarakat tradisional, yang didorong oleh satu alasan, memelihara kucing ini adalah dirasa sebagai sebuah ibadah, karena merupakan salah satu binatang kesayangan Rasulullah, sehingga diharapkan mengikuti jejaknya dapat membawa`berkah  dalam hidupnya, juga sesekali dapat dijadikan teman dalam mengusir tikus di rumah. Sementara kucing import atau luar, seperti jenis kucing Siam, Irlandia, Persia dll, termasuk peranakannya, dipelihara karena performance-nya yang lucu serta bulu-bulunya yang cantik, sebagai binatang gedongan kucing – kucing import ini telah mengalami sedikit peningkatan status, bak  aristokrat,  yang dampaknya  pada menurunnya daya respon instinc binatangnya sebagai musuh abadi tikus, karena sudah pasti pemiliknya tidak akan membiarkan kucing - kucing tersebut menyentuh yang jorok-jorok dan kotor.
Bicara tentang kucing secara mistis, ada kepercayaan kuat yang hidup di masyarakat, misalnya seseorang menabrak kucing sampai mati, kemudian dibiarkan begitu saja bangkainya tanpa “dipulasara” sebagaimana mestinya , layaknya manusia, dipercaya dapat menimbulkan “mamala” atau petaka bagi yang menabraknya. Kucing juga di jadikan simbol atau siloka dalam menafsirkan peristiwa yang bakal terjadi, misalnya bila kita sedang bepergian, di tengah jalan tiba – tiba dihadang kucing atau tiba – tiba ada kucing lewat di hadapan kita, maka ditafsirkan orang bahwa maksud atau niatnya bepergian tadi bakal mendapatkan kendala dsb.  Bila kucing lokal dipelihara karena dorongan ingin mengikuti sunnah, maka memelihara kucing import semata - maka bisa jadi karena hobbi, atau mungkin juga hobi sekaligus bisnis, mereka memelihara kucing karena keindahan bentuknya yang lucu-lucu dan bulunya yang cantik,  tentu bukan karena alasan sia – sia seperti yang digambarkan dalam film cerita cartoon “Tom & Jerry”, yang pintar-pintar bodoh itu. Dan untuk ukuran lucu dan cantik ini, sering diadakan perlombaan kucing cantik, dimana kucing kucing – kucing tersebut didandani dengan aneka macam pakaian yang lucu –lucu, setelah itu disuruh berlaga di atas panggung, layaknya manusia. Dan untuk memaksimalkan hasilnya telah tumbuh salon-salon binatang yang siap menyulap binatang kesayangan anda menjadi binatang yang cantik, bersih dan lucu, yang bila dikalkulasi secara fiansial biaya pengurusan dan perawatan binatang tersebut bisa melebihi gaji pembantu yang mengurus dan merawatnya….!
Namun kucing adalah tetap kucing, sebagai binatang dia mempunyai potensi membahayakan, dari mulai cakaran ketika marah sampai penyakit, karena itu, bagi mereka yang berpotensi memiliki gejala alergi terhadap bulu disarankan untuk tidak memeliharanya.
Bila anda senang memelihara kucing karena alasan - alasan tersebut dan            dipanggil sebagai  penyayang kucing, maka itu adalah sudah sewajarnya, tetapi bila anda`kemudian dipanggil dengan sifat - sifat seperti kucing, mungkin bisa jadi ada suatu masalah pada anda, misalnya “ ….dasar kucing….” yang berarti kemungkinan anda suka  mengembat makanan orang lain tanpa seijin pemiliknya, atau “….suka malu – malu kucing….. yang mengandung pengertian, sifat- sifat malu, malu tapi mau, mau tapi malu - malu, di depan tampak ajrih, tahan harga, bertahan, tetapi ketika orang yang dihargai atau dihormati tersebut pergi atau tidak ada, maka dia akan kembali ke sifat awal sebagai pribadi yang sebenarnya.

Masih dengan soal kucing, kaum pinggiran atau urban, baik itu Gepeng atau PSK, pedagang kaki lima atau mungkin preman secara idiomatik paling dekat dengan kata kucing, kita baca di koran misalnya, “ dalam operasinya mereka suka sering main kucing -kucingan dengan petugas….yang maksudnya mereka hanya muncul dan menjalankan aksinya ketika petugas sedang tidak ada atau lengah, dan akan menghilang kembali pada saat petugas muncul atau melakukan tugasnya, seperti yang sering terjadi ketika ada kunjungan pejabat atau menjelang ramadhan tiba, begitu seterusnya. Akan halnya soal Kucing garong,  sekalipun mulanya tidak mengandung unsur gender, tetapi mendengarkan syair lagu ucing garong mau tidak mau kita harus mengakui agak sedikit diskriminatif, “…..kelakuan si ucing garong …..” nah, maka hati- hatilah,  sekalipun anda senang kucing tapi jangan suka seperti kucing apalagi mirip kucing garong………..!

"Sepotong Hati"



Mata kosong,
dalam bayangan  senja
Seorang gadis,,,
Setia menyulam mimpi,
Menanti kekasihnya datang.
Mimpi yang terpanggang
...................................
Selusin senja, telah dilaluinya
Ribuan doa membawanya pada sulaman terakhir
Tubuhnya diam kaku tersandar
Pada sepotong mimpi yang tersisa
Yang tiada usai.........
“””de Ukas, akhir nopember 2011,””





Nol........
Oleh; DeUkas
.......
Sejadah tergelar
Allaahu Akbar, aku pana...
Lalu.........
Tampak tumpukan rupiah berceceran
masyaAllah.......
Sebuah  kursi bergoyang,  
senyum nakal gadis muda
Membakar jantung.......
Sejadah terhampar.....
Sejuta warna pelangi, datang menghampiri
Tuhan, hanya sejenak aku melebur
Selebihnya mohon ampunan....
Astagfirullah
Masih dihadapanMu, aku bersulang asik dengan syetan
Tentang hari esok,
Tentang mimpi yang belum usai..........
Dengan takbiratul ihram, ku kenakan pakaian taqwaku
Lewat takbiratul ihram, semakin liar aku menjelajah ruang demi ruang hingga usai pakaian aku lipat     Tuhan, masih pantaskah aku berdiri di hadapanMu ?
Aku merasa malu.........................

"Tikus"


Tikus ? ya setiap orang pasti mengenalnya, sekalipun banyak di antara kita yang tidak menyukainya, tetapi ia hadir di antara kita, di sawah, pun di rumah tak ada`bagian yang luput dari serbuannya.  Di sawah, dia musuh petani, karena keganasannya menyebabkan panen bisa menjadi fuso, di rumahpun begitu, tak sedikit kerugian yang ditimbulkannya, karena dengan giginya yang tajam menyebabkan barang – barang yang berharga menjadi rusak berat, makanan diembat, pakaian dan barang elektronilpun tak ketinggalan, sehinggga bisa dikatakan di mana ada manusia di sana ada tikus. Begitupun, karena tikus termasuk jenis binatang omnivora, pemakan segala, maka apa yang dimakan oleh manusia dimakan pula oleh tikus. Sebagai binatang yang hidup di tempat – tempat yang kotor terutama yang banyak sampahnya, di lorong – lorong dan di tempat gelap, got atau gudang, maka ia rentan menularkan berbagai penyakit seperti pes dan leptisirosis. Ia menjadi simbol kejorokan, kekotoran dan penyakit sebagaimana habitatnya, juga simbol keganasan binatang mengerat, yang tak segan – segan menggasak apa saja yang berada di sekitarnya, tak peduli apakah bermanfaat bagi tubuhnya atau tidak,  yang penting taringnya dapat terasah secara baik
          Tikus yang kita kenal dalam pelajaran bilologi, termasuk jenis hewan mamalia, artinya hewan yang berkembang biak dengan melahirkan dan membesarkannya dengan cara menyusui, seperti kucing, anjing, domba dll. Dibanding jenis hewan mamalia lain, tikus mempunyai kemampuan perkembang biakan yang besar, sebab dalam setahun saja, seekor tikus bisa bunting antara 6 – 8 kali, dengan rata- rata perkali kehamilan sekitar 6 – 9 ekor. Yang berarti dalam setahun bisa mencapai puluhan ekor. Bayangkan, bila ada 20 ekor saja yang menginap secara definitif di rumah kita, di pastikan kita harus memilih diantara dua opsi yang ada, yaitu kita dituntut untuk proaktif melakukan tindakan pemberantasan sesegera mungkin, yang berarti melakukan tindakan refressif, plus melakukan pembersihan sampai semua ruang dan sudut bersih,  sehingga tidak ada lagi tempat yang nyaman bagi tikus untuk bersarang, atau membuka diri untuk “berbagi” dalam segala hal baik secara sukarela atau terpaksa dan hidup berdampingan, yang berarti bersikap “toleran “.
Dalam batas tertentu, kita mungkin dibenarkan bersikap toleran terhadap tikus, sebab walaubagaimanapun juga,  tikus adalah merupakan bagian dari ekosistem yang mempunyai peran dalam penyeimbang mata rantai kehidupan kita, akan tetapi membiarkan tikus tumbuh berkembang tak terkendali, akan menjadi petaka berkepanjangan. Dan ironisnya itulah yang sering terjadi, sehinga kita sering menyaksikan ratusan bahkan ribuan ha padi musnah diganyang pasukan bermulut monyong ini. Pada`era Orba, tikus pernah ditempatkan sebagai musuh nasional yang mengundang reaksi pemberantasan secara`nasional, dan seluruh elemen masyarakat rambaterata, terlibat, ambil bagian dalam operasi ini, hasilnya, bukan ribuan tapi jutaan tikus mati dan petanipun menjadi lega, namun ketika terjadi pergeseran prioritas, dimana pertanian bukan satu - satunya basis perekonomian terpenting, dan predikat swasembada panganpun mulai ditinggalkan. Maka, tikuspun kembali mahabu alias merajalela.…!
Dan tikus  lokal, tikus yang kita kenal, dibenci,  diburu karena semata - mata karena kehadirannya yang merugikan, dianggap hama, maka “Chinchilla diburu karena nilai ekonomisnya yang tinggi.  Hewan jenis tikus yang hidup di bumi Amerika Selatan ini, tergolong hewan malam, yang mencari makanan berupa tanam- tanaman. Dengan berat tubuh mencapai 450 -900gr  dan mempunyai ukuran panjang antara 23- 38 cm, ditambah panjang ekor 7,5-25cm, Selain, katanya, dagingnya enak, juga kulitnya mahal, untuk dibikin Baju, Tas, dsb. Karena itu, setiap tahun diekspor tidak kurang dari 200.000  lembar kulit binatang ini ke luar Amerika Selatan. Beruntunglah segera timbul kesadaran untuk melindunginya dan melalui peternakan chincilla di Inglewood, daerah California, akhirnya tikus inipun terhindar dari kepunahan.
Walaupun sama – sama tikus, tetapi tikus lokal mewarisi kebencian turun temurun, secara inheren, dengan sifatnya yang suka merusak, dengan kebiasaaannya yang suka mengerat apa saja yang ada di sekitarnya. Karena itu, barangkali tidak berlebihan bila orang menganalogikan para koruptor dengan sebutan tikus, ya, tikus kantor. Dengan  kebiasannya yang suka menyunat apa saja yang menjadi milik rakyat, yang keganasannya melebihi tikus lokal, sehingga dari mulai beras (raskin), BBA, PKBM, BOS, BSM, semen, besi, pesawat terbang, kendaraan, Bank, Wisma Atlet  dsb tak luput dari sasarannya, tak peduli benar atau tidak, tak urusan apakah halal atau tidak, yang penting sikat, persis seperti tikus…..!. Karena itu patut diburu. Sementara “chinchilla” justeru sebaliknya, harus dilindungi supaya tidak musnah.
Dan sebagaimana tikus lokal, maka korupsipun hanya bisa diberantas, manakala sudah dijalin kebersamaan diantara segenap elemen masyarakat dan  pemerintah, yang memandang korupsi sebagai hama, musuh nasional, yang perlu diburu bersama-sama, untuk itu, pertama-tama perlu menghilangkan tempat yang nyaman bagi tikus, dan tempat yang kotor adalah kesukaannya, Di  sudut ruang gedung kantor Pemerintah, BUMN. Pengadilan, Kepolisian, Pajak, Perbankan, Kehutanan, Pendidikan, Kesehatan,  Gedung Dewan,Bank, Wisma Atlet dsb, banyak yang nyaman untuk bersarang tikus. Bila lingkungan tersebut sudah bersih, maka, dengan sendirinya tikuspun akan lari, “teu betaheun”, hanya saja, sudahkah kita sendiri bersih

.Repleksi


Manusia adalah mahluk paripurna, kelebihan manusia dari binatang adalah diberinya otak,"brain" untuk berpikir, dengan sarana tersebut manusia merencanakan segala tindakannya setelah melalui proses berpikir, termasuk baik buruknya pilihan yang diambil. Karena itu, tanggungjawab menjadi keharusan.Namun pada kenyataannya, tak sedikit dari mereka, melepaskan diri. menghindar dan menyanggah atas apa yang diperbuatnya, dan mereka itu diidentikan sebagai manusia yang tidak bertanggungjawab,dengan kata lain disebut juga sebagai manusia munafik. Dan rupanya, hal tersebut telah menjadi "trademark" manusia sekarang. Entah itu  di kalangan rakyat biasa atau para pejabat, yang nyata-nyata telah mengemban amanah kolektif untuk menciptakan kesejahteraan, menebarkan keadilan......Segala sifat dan prilaku manusia pada umumnya, siapapun kita, tatkala hati sudah tumpul, pikiran sudah tidak jernih,kerapkali dalam kenyataannya tidak jauh berbeda dengan binatang, semua tindak tanduk manusia yang telah terkontaminasi oleh sifat - sifat binatang tersebut, telah menyebabkan binatang begitu dekat dengan manusia, baik itu dalam makna simbol, secara simbolis atau secara de facto, sifat binatang mana saja yang telah menular atau telah merasuki manusia sehingga manusia menjadi begitu rendah derajatnya, menyamai binatang bahkan lebih rendah dari binatang ?, atau bahkan sebaliknya, binatang mana yang telah mengalami metamorfosis makna ke tingkat yang lebih tinggi ? sehingga menjadi pantas disandang oleh mereka......???? . Inilah beberapa binatang yang patut diwaspadai, yang sifat dan karakternya telah menempel dan telah diadopsi oleh manusia sebagai sebuah perumpamaan............

Pengikut